Saturday, July 21, 2012

Cerita Dongeng di Bulan Ramadhan

Cahaya Pelangi Kecil

Pada Suatu Hari.........
Hanif baru mengeja sebagian buku iqra nya di dalam surau ditemani sang kakek…
“Hanif main yu…” terdengar suara gerombolan anak desa sukaamal dari luar surau… bacaan iqra hanif yang belum fasih benar terhenti…
“Kakek aku mau main…” rengek hanif kepada kakeknya… “Sudah sampai mana kamu baca..” Tanya kakek seolah tak ingin hanif berhenti belajar membaca buku iqranya…
“Sampai halaman 15 kek… “ jawab hanif singkat…
Ini pertama kalinya hanif belajar mengaji.. sebelumnya ia tak pernah diajari orang tuanya mengaji.. di kota hanif selalu ditinggal ibu dan bapaknya bekerja… sementara di TK tempatnya bersekolah hanya permainan dan ilmu-ilmu hitung menghitung yang diajarkan… babysiter yang dulu bertugas menemani hanif ketika di TK pun tak begitu banyak memahami pentingnya mengaji…
sehingga saat orang tua hanif menitipkan hanif sementara pada kakeknya di desa sebelum masuk ke Sekolah Dasar.. Kakek hanif yang mengetahui hanif belum bisa mengaji segera berupaya agar pelangi kecilnya bisa mengaji..
“setidaknya ia bisa membaca Al-Quran dan Shalat dengan baik sebelum masuk Sekolah Dasar akhir tahun ini” harap kakek dalam hati..
“Ya sudah kamu main dulu… nanti bada magrib kita belajar mengaji lagi…
“iya kek..”
Hanif segera bergegas menuju teman-temannya yang sudah menunggu di luar surau… ia melepas sarung dan pecinya dan mengambil bola sepak yang ia letakkan dekat surau..
Surau ini memang milik kakek hanif… surau ini menjadi salah satu tempat bagi masyarakat desa sukamaju menjalankan kegiatan keagamaan…
Kakek Hanif adalah kiai termasyur di Desa Sukamaju.. namun entah apa yang membuat anaknya Rahman (ayah Hanif) tak sempat memikirkan apakah hanif bisa mengaji atau tidak…
“Ah mungkin karena kesibukan Rahman di Kantornya di Kota” cetus Kakek Hanif yang sudah ditinggalkan hanif sendirian di dalam surau…
Relasi dan Kegiatan yang padat membuat jadwal Rahman untuk berada di rumah dan membimbing anak semata wayangnya Hanif menjadi tidak memungkinkan… seakan 7 tahun belajar ilmu di pesantren musnah seketika ketika dihadapkan dengan realita ibu kota yang menyesakkan…
Terbawa arus… mungkin itu yang kini dialami Rahman… untung masih ada kakeknya Hanif yang kini tengah mencoba mengajak hanif untuk bisa mengaji..
Tapi sampai kapan…
Dilapangan bola dekat persawahan Desa Hanif bermain kejar-kejaran dengan teman-teman barunya… maklum ini pertama kalinya hanif ke Desa.. tapi Hanif dan teman-teman sangat cepat akrab, dan teman desanya pun sangat senang ada teman bermain dari Kota…
Sejak kedatangan Hanif ke desa… Hanif memang sering membagikan mainan-mainan yang ia punya ke teman-temannya… sehingga Hanif di kenal sebagai anak yang suka beramal di kalangan teman-temannya…
Teman-teman hanif terdiri dari berbagai karakter yang berbeda beda dan unik.. Ada joko si Ahli ular, Joko terkenal sebagai Ahli Ular dikalangan teman-temannya karena ia tidak takut ketika berhadapan dengan Ular di sawah, ketika teman-temannya lari terbirit-birit melihat ular, Joko malah ingin menangkap Ular tersebut ..
Ada Ridwan si Pemanjat Ulung dan juga salah satu santri terbaik di Desa Sukaamal.. Ridwan terkenal mampu memanjat pohon kelapa yang tinggi… ia sering membantu ayahnya mengambil buah kelapa di kebun miliknya yang sangat luas… selain jago memanjat pohon kelapa Ridwan juga pandai mengaji.. ia salah satu murid didikan dari Kakek Hanif.. dalam usianya kini ia sudah hafal setengah juz Al-Quran.. da ia kerap kali ditunjuk sebagai perwakilan Desa sebagai peserta lomba mengaji tingkat daerah..
Ada juga si Badu si Ahli Silat… Badu adalah anak dari pendekar kampung di desa ini… dengan tubuhnya yang lumayan kekar dan berotot dibandingkan dengan teman-temannya.. Badu menjadi sangat disegani dikalangan teman-temannya karena keahliannya…
Namun mereka semua bersahabat baik, dan saling membantu.. karena di Desa ini semua warga terkenal saling tolong menolong.. jarang sekali terjadi pertengkaran antar tetangga…
Mungkin itu juga satu-satunya alasan Rahman.. ayah Hanif mengirim Hanif ke desa sebelum kembali ke Kota untuk belajar…
Sepertinya pesannya dalam surat yang disampaikan kepada Ayahnya (Kakek Hanif)
“Pak saya titip hanif setahun ini di Desa.. saya sangat sibuk di Kota ini… sampai-sampai saya ga punya waktu untuk bersama Hanif 6 tahun terakhir ini… Desa ini sangat baik untuk perkembangan Hanif.. di Kota ini ia tak bisa belajar banyak tentang arti kerukunan dan kerjasama, semua saling menusuk dan tak peduli satu sama lain… Mohon Bapak mengajarkan hanif kebaikan dan pentingnya saling menolong…“
“Kena…. “ teriak Badu kegirangan setelah berhasil mengejar Hanif yang berlari sangat gesit menghindari sentuhan tangannya dalam permainan…
“Giliran kamu jaga nif.. “ kata Badu..
“Ah masa aku terus yang kena… kamu mengincar aku ya?” protes Hanif..
“loh jangan salahkan aku nif.. kamu larinya ga lebih gesit dari yang lain… “ jelas Badu..
“Ga ah aku ga mau jaga… ganti permainan saja… aku bosan main ini terus… “ Hanif kembali protes dan meminta mensudahi permainan…
“Eh ga bisa gitu.. barusan aku jaga… masa kamu ga mau jaga.. “ Badu menolak..
Keduanya saling bertatap muka.. seakan ingin berkelahi… melihat isyarat yang tidak baik… Ridwan berusaha menengahi…
“stop.. stop semua jangan bertengkar disini… kita selesaikan dengan cara lain saja… ayo kita coba lihat siapa yang paling cepat memanjat pohon mangga di ujung sana.. “ saran Ridwan…
“Kamu menantang kami wan.. “ cetus Hanif yang tau bahwa Ridwan memang ahli dalam bidang panjat memanjat…
“Hanya untuk membuktikan saja…” tantang Ridwan… dan dalam hati Ridwan berkata “Alhamdulillah” ia sukses mengalihkan pembicaraan antara Badu dan Hanif yang tadi sempat mengisyaratkan gelagat yang tidak baik…
“Kita mulai saja sekarang… kita mulai start dari sini… “ atur Ridwan…
“Ayo kita mulai bersama-sama… Badu kamu yang pimpin menghitung” sambil menoleh ke arah Badu
“Ok.. kita akan Buktikan siapa yang lebih baik… “ Badu mulai menghitung “ 3, 2, 1…. “
Mereka berlari bersamaan menuju pohon mangga yang jaraknya 200 meter dari tengah lapangan…. Seakan hilang semua kepenatan tadi… mereka tertawa bersama sambil berlari…

Berbagi cerita di Bulan Ramadhan...
Marhaban Ya Ramadhan...

1 comment:

A.J.I.R. ☻☺ said...

terima kasih banyak ya :D,